Bukan zamannya lagi wanita ingin dimengerti!
|
Pulau Kelor, 2013 |
Mengawali
tulisan ini, saya teringat akan "jargon" kaum hawa yang mungkin masih
dipakai hingga sekarang, apalagi kalau bukan "karena wanita ingin
dimengerti" - Mengapa saya menuliskannya disini, karena menurut hemat
saya, jika seorang wanita ingin dimengerti, ya sebaiknya ia juga harus mulai
menulis, menulis sesuai kata hati, menulis apa yang sedang dipikirkannya, agar
semua yang membaca tulisannya dapat memahami dirinya, dapat membaca pikirannya,
dan siapa tahu juga dapat menyelami perasaan hingga ke dasarnya. Jika
wanita ingin selalu dimengerti, lalu kapan ia akan belajar mengerti orang-orang
diluar dirinya? - Saya bersyukur karena mempunya karakter yang ingin mengerti
lebih dulu, caranya? - mengerti seseorang tidak perlu banyak strategi, mengerti
orang lain itu sederhana sekali, luangkan waktu untuk mendengarkan lebih banyak
daripada kita berbicara, jangan selalu berusaha untuk lebih dominan pada lawan
bicara, siapapun itu dan termasuk anak kecil! Saat kita siap untuk mendengarkan
orang lain berbicara, maka jiwa kita juga siap untuk memberi rasa lapang,
perkara dimengerti ataupun tidak adalah perkara yang sama sekali tidak penting
lagi! #trust_me_it_works (pesan sebuah iklan).
Memahami
orang lain memang terasa sulit, apalagi jika kita belum memahami diri kita
sendiri. Terlebih lagi rasa galau yang tidak bisa dikontrol, tentu akan
menghabiskan waktu kita yang sedang berusaha untuk menghadirkan rasa
empati, dan belajar tidak egois. Menulis adalah salah satu cara yang paling
tepat untuk membentuk pribadi yang tidak pasif, menulis dapat membantu untuk
menjaga mood, menulis juga dapat membantu mengasah nalar. Singkatnya, dengan
menulis, para wanita juga bisa menempa dirinya agar bisa menjadi sosok ideal
yang tidak hanya "menuntut" untuk dimengerti, tapi ia justru mampu
meluangkan waktu untuk mengerti dirinya dan orang lain.
(Cilandak, 20/01/2016)
No comments:
Post a Comment